BENARKAH DALAM ISLAM ISTRI TIDAK WAJIB MASAK DAN MENGURUS RUMAH ?

Image

BENARKAH DALAM ISLAM ISTRI TIDAK WAJIB MASAK DAN MENGURUS RUMAH ?

 

 4 MAZHAB BESAR PLUS SATU MAZHAB LAGI YAITU MAZHAB DZAHIHIRI YANG SEMUA SEPAKAT MENGATAKAN BAHWA PARA ISTRI PADA HAKIKATNYA TIDAK PUNYA KEWAJIBAN UNTUK BERKHIDMAT KEPADA SUAMINYA.

 
1. Mazhab al-Hanafi

Al-Imam Al-Kasani dalam kitab Al-Badai’ menyebutkan : Seandainya suami
pulang bawa bahan pangan yang masih harus dimasak dan diolah, lalu
istrinya enggan unutk memasak dan mengolahnya, maka istri itu tidak
boleh dipaksa. Suaminya diperintahkan untuk pulang membaca makanan
yang siap santap.

Di dalam kitab Al-Fatawa Al-Hindiyah fi Fiqhil
Hanafiyah disebutkan : Seandainya seorang istri berkata,”Saya tidak
mau masak dan membuat roti”, maka istri itu tidak boleh dipaksa untuk
melakukannya. Dan suami harus memberinya makanan siap santan, atau
menyediakan pembantu untuk memasak makanan.

2. Mazhab Maliki

Di dalam kitab Asy-syarhul Kabir oleh Ad-Dardir, ada disebutkan :
wajib atas suami berkhidmat (melayani) istrinya. Meski suami memiliki
keluasan rejeki sementara istrinya punya kemampuan untuk berkhidmat,
namun tetap kewajiban istri bukan berkhidmat. Suami adalah pihak yang
wajib berkhidmat. Maka wajib atas suami untuk menyediakan pembantu
buat istrinya.

3. Mazhab As-Syafi’i

Di dalam kitab Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzdzab karya Abu Ishaq
Asy-Syirazi rahimahullah, ada disebutkan : Tidak wajib atas istri
berkhidmat untuk membuat roti, memasak, mencuci dan bentuk khidmat
lainnya, karena yang ditetapkan (dalam pernikahan) adalah kewajiban
untuk memberi pelayanan seksual (istimta’), sedangkan pelayanan
lainnya tidak termasuk kewajiban..

4. Mazhab Hanabilah

Seorang istri tidak diwajibkan untuk berkhidmat kepada suaminya, baik
berupa mengadoni bahan makanan, membuat roti, memasak, dan yang
sejenisnya, termasuk menyapu rumah, menimba air di sumur. Ini
merupakan nash Imam Ahmad rahimahullah. Karena aqadnya hanya kewajiban
pelayanan seksual. Maka pelayanan dalam bentuk lain tidak wajib
dilakukan oleh istri, seperti memberi minum kuda atau memanen tanamannya.

5.Mazhab Az-Zhahiri

Dalam mazhab yang dipelopori oleh Daud Adz-Dzahiri ini, kita juga
menemukan pendapat para ulamanya yang tegas menyatakan bahwa tidak ada
kewajiban bagi istri untuk mengadoni, membuat roti, memasak dan
khidmat lain yang sejenisnya, walau pun suaminya anak khalifah.

Suaminya itu tetap wajib menyediakan orang yang bisa menyiapkan bagi
istrinya makanan dan minuman yang siap santap, baik untuk makan pagi
maupun makan malam. Serta wajib menyediakan pelayan (pembantu) yang
bekerja menyapu dan menyiapkan tempat tidur.

setiap pernyataan pasti ada pro dan kontranya
dalam hal ini saya termasuk yang kontra
Semoga cerita yang saya temukan ini bisa menjadi masukan bagi semua dalam mengambil sikap ketika melayai suami

Fathimah az-zahra radhiyallahu’anha dan Gilingan Gandum

Suatu hari masuklah Rasulullah Shalallah’ualaihi wa sallam menemui anandanya Fathimah az-zahra . radhiyallahu’anha Didapatinya anandanya sedang menggiling syair (sejenis padi-padian) dengan menggunakan sebuah penggilingan tangan dari batu sambil menangis. Rasulullah Shalallah’ualaihi wa sallam bertanya pada anandanya, “Apa yang menyebabkan engkau menangis wahai Fathimah?, semoga Allah Azza wa Jalla tidak menyebabkan matamu menangis”. Fathimah radhiyallahu’anha berkata, “Ayahanda, penggilingan dan urusan-urusan rumah tanggalah yang menyebabkan ananda menangis”.
Lalu duduklah Rasulullah Shalallah’ualaihi wa sallam di sisi anandanya. Fathimah radhiyallahu’anha melanjutkan perkataannya, “ayahanda sudikah kiranya ayahanda meminta Ali (suaminya) mencarikan ananda seorang jariah (pembantu) untuk menolong ananda menggiling gandum dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan di rumah”. Mendengar perkataan anandanya ini maka bangunlah Rasulullah Shalallah’ualaihi wa sallam  mendekati penggilingan itu. Beliau mengambil syair dengan tangannya yang diberkati lagi mulia dan diletakkannya di dalam penggilingan tangan itu seraya mengucapkan “Bismillaahirrahmaanirrahiim”. Penggilingan tersebut berputar dengan sendirinya dengan izin Allah Azza wa Jalla. Rasulullah Shalallah’ualaihi wa sallam meletakkan syair ke dalam penggilingan tangan itu untuk anandanya dengan tangannya sedangkan penggilingan itu berputar dengan sendirinya seraya bertasbih kepada Allah Azza wa Jalla dalam berbagai bahasa sehingga habislah butir-butir syair itu digilingnya.
Rasulullah Shalallah’ualaihi wa sallam berkata kepada gilingan tersebut, “berhentilah berputar dengan izin Allah Azza wa Jalla “, maka penggilingan itu berhenti berputar lalu penggilingan itu berkata-kata dengan izin Allah Azza wa Jalla yang berkuasa menjadikan segala sesuatu dapat bertutur kata. Maka katanya dalam bahasa Arab yang fasih, “ya Rasulullah Shalallah’ualaihi wa sallam , demi Allah Tuhan yang telah menjadikan baginda dengan kebenaran sebagai Nabi dan Rasul-Nya, kalaulah baginda menyuruh hamba menggiling syair dari Masyriq dan Maghrib pun niscaya hamba gilingkan semuanya. Sesungguhnya hamba telah mendengar dalam kitab Allah Azza wa Jalla suatu ayat yang berbunyi : (artinya)
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya para malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang dititahkan-Nya kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang dititahkan”.
Maka hamba takut, ya Rasulullah kelak hamba menjadi batu yang masuk ke dalam neraka. Rasulullah Shalallah’ualaihi wa sallam kemudian bersabda kepada batu penggilingan itu, “bergembiralah karena engkau adalah salah satu dari batu mahligai Fathimah az-zahra di dalam sorga”. Maka bergembiralah penggilingan batu itu mendengar berita itu kemudian diamlah ia. Rasulullah Shalallah’ualaihi wa sallam bersabda kepada anandanya, “jika Allah Azza wa Jalla menghendaki wahai Fathimah, niscaya penggilingan itu berputar dengan sendirinya untukmu. Akan tetapi Allah Azza wa Jalla menghendaki dituliskan-Nya untukmu beberapa kebaikan dan dihapuskan oleh Nya beberapa kesalahanmu dan diangkat-Nya untukmu beberapa derajat.

Ya Fathimah, perempuan mana yang menggiling tepung untuk suaminya dan anak-anaknya, maka Allah Azza wa Jalla menuliskan untuknya dari setiap biji gandum yang digilingnya suatu kebaikan dan mengangkatnya satu derajat.
Ya Fathimah perempuan mana yang berkeringat ketika ia menggiling gandum untuk suaminya maka Azza wa Jalla  Allahmenjadikan antara dirinya dan neraka tujuh buah parit.
Ya Fathimah, perempuan mana yang meminyaki rambut anak-anaknya dan menyisir rambut mereka dan mencuci pakaian mereka maka Allah Azza wa Jalla akan mencatatkan baginya ganjaran pahala orang yang memberi makan kepada seribu orang yang lapar dan memberi pakaian kepada seribu orang yang bertelanjang.
Ya Fathimah, perempuan mana yang menghalangi hajat tetangga-tetangganya maka Allah Azza wa Jalla akan menghalanginya dari meminum air telaga Kautshar pada hari kiamat.
Ya Fathimah, yang lebih utama dari itu semua adalah keridhaan suami terhadap istrinya. Jikalau suamimu tidak ridha denganmu tidaklah akan aku do’akan kamu. Tidaklah engkau ketahui wahai Fathimah bahwa ridha suami itu daripada Allah Azza wa Jalla dan kemarahannya itu dari kemarahan Allah Azza wa Jalla ?.
Ya Fathimah, apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya maka beristighfarlah para malaikat untuknya dan Allah Azza wa Jalla akan mencatatkan baginya tiap-tiap hari seribu kebaikan dan menghapuskan darinya seribu kejahatan. Apabila ia mulai sakit hendak melahirkan maka Allah Azza wa Jalla mencatatkan untuknya pahala orang-orang yang berjihad pada jalan Allah yakni berperang sabil. Apabila ia melahirkan anak maka keluarlah ia dari dosa-dosanya seperti keadaannya pada hari ibunya melahirkannya dan apabila ia meninggal tiadalah ia meninggalkan dunia ini dalam keadaan berdosa sedikitpun, dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman sorga, dan Allah Azza wa Jalla akan mengkaruniakannya pahala seribu haji dan seribu umrah serta beristighfarlah untuknya seribu malaikat hingga hari kiamat.
Perempuan mana yang mengurus suaminya dalam sehari semalam dengan baik hati dan ikhlas serta niat yang benar maka Allah Azza wa Jalla akan mengampuni dosa-dosanya semua dan Allah Azza wa Jalla akan memakaikannya sepersalinan pakaian yang hijau dan dicatatkan untuknya dari setiap helai bulu dan rambut yang ada pada tubuhnya seribu kebaikan dan dikaruniakan Allah untuknya seribu pahala haji dan umrah.
Ya Fathimah, perempuan mana yang tersenyum dihadapan suaminya maka Allah Azza wa Jalla akan memandangnya dengan pandangan rahmat.
Ya Fathimah perempuan mana yang menghamparkan hamparan atau tempat untuk berbaring atau menata rumah untuk suaminya dengan baik hati maka berserulah untuknya penyeru dari langit (malaikat), “teruskanlah ‘amalmu maka Allah Azza wa Jalla telah mengampunimu akan sesuatu yang telah lalu dari dosamu dan sesuatu yang akan datang”.
Ya Fathimah, perempuan mana yang meminyak-kan rambut suaminya dan janggutnya dan memotongkan kumisnya serta menggunting kukunya maka Allah Azza wa Jalla akan memberinya minuman dari sungai-sungai surga dan Allah Azza wa Jalla akan meringankan sakarotulmaut-nya, dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman sorga seta Allah Azza wa Jalla akan menyelamatkannya dari api neraka dan selamatlah ia melintas di atas titian Shirat”.

Subhanallah, Allah tidak memaksa kita tapi menjanjikan banyak sekali kebaikan bagi perempuan yang ikhlas mengurus keluarganya. ”Perempuan yang mengurus suaminya dalam sehari semalam dengan baik hati dan ikhlas serta niat yang benar maka Allah Azza wa Jalla akan mengampuni dosa-dosanya semua dan Allah Azza wa Jalla akan memakaikannya sepersalinan pakaian yang hijau dan dicatatkan untuknya dari setiap helai bulu dan rambut yang ada pada tubuhnya seribu kebaikan dan dikaruniakan Allah untuknya seribu pahala haji dan umrah.”. kenapa kita masih mempertanyakan siapa mengerjakan apa. Apa anda tidak tertarik dengan yang dijanjikan oleh Allah tersebut? Mari kita berlomba-lomba mengejar kebaikan tersebut.

 

 

Wallahu Ta’ala alam bishshawab.

 

Satu pemikiran pada “BENARKAH DALAM ISLAM ISTRI TIDAK WAJIB MASAK DAN MENGURUS RUMAH ?”

Tinggalkan komentar